Home » » Mitos Mendengarkan Suara Aneh Setelah Gunung Kelud Meletus

Mitos Mendengarkan Suara Aneh Setelah Gunung Kelud Meletus

Written By Unknown on Selasa, 25 Februari 2014 | 00.54

Telah dibahas mengenai Mitos Blitar dan Letusan Gunung Kelud dan Mitos Petir Menyambar di Cakrawala Gunung Kelud. Mitos berikutnya yaitu mendengarkan suara aneh setelah gunung kelud meletus. Memang banyak yang mendengarkan suara tanpa adanya wujud atau "rupa" yang tiba - tiba muncul di gendang telinga seseorang setelah ledakan yang terjadi 13 Februari lalu.

Mitos gunung kelud seakan tidak akan ada habisnya, karena sebagian besar orang menyimpulkan bahwa gunung kelud merupakan gunung "Kresna" atau dalam pewayangan yaitu kecil namun dapat menyapu jagad. Seperti halnya nama gunung sendiri, yaitu kelud yang berarti sapu. Kata "Kresna" yaitu Kres adalah tajam(kecil namun dapat membelah) dan Na artinya bisa atau dapat. Yang bila digabungkan menjadi Kecil tajam namun juga dapat menyapu seluruh jagad.

Mitos yang terjadi selanjutnya yaitu setelah gunung kelud meletus seseorang yang dapat mendengarkan suara aneh seperti,"Kurang po pie.. lak kurang tak tambahi neh.." artinya, "kurang apa bagamana.. kalau kurang saya tambahi lagi.."

Kata tersebut menimbulkan banyak pertimbangan bagi sebagian besar masyarakat, khususnya Kediri. Mitos yang aneh selanjutnya yaitu kenapa setelah mendengarkan suara aneh tersebut orang yang mendengarkannya tertimpa musibah berupa sakit. Namun bermacam - macam sakit yang ditimbulkan, seperti terjatuh yang sering kali menimpa, panas dingin, sakit panas, sesak nafas, dan sebagainya.

Bagi masyarakat Kediri sendiri suara tersebut tidak sedikit yang mendengarkan, namun ada ratusan bahkan ribuan orang yang tertimpa musibah pasir tersebut. Mayoritas suara yang ditimbulkan sama seperti orang lain. Sehingga ini menjadi sebuah misteri yang tidak dapat dicerna oleh pikiran manusia.

Setelah gunung kelud meletus bertempat sekitar Kediri, TulungAgung, Pare, Trenggalek dan sekitarnya, yang paling sering terjadi suara yang ditimbulkan yang diyakini yaitu ghaib penunggu gunung kelud, mereka ternyata percaya akan adanya gunung yang seakan memberikan berkah yaitu berupa pasir. Pasir tersebut dipercaya harus dipergunakan sebaik mungkin, dan tidak boleh ada keserakahan dalam membagi pasir, "Serik" atau iri dengki, serta berpikir negatif kepada tetangga ataupun orang lain.

Karena ghaib yang berada di "alas Kelud" merupakan ghaib besar, atau raja dari ghaib yang berada dikawasan Kediri. Dipercaya oleh masyarakat bahwa Kediri jaman dahulu merupakan kerajaan yang sangatlah makmur, memiliki pemerintahan yang baik serta disegani oleh kerajaan lain, memiliki penduduk yang rata - rata memiliki kesaktian tinggi, dan tidak sombong dalam berbuat apapun.

Ketika sebelum kerajaan Majapahit berdiri, gunung kelud memberikan patokan bahwa kerajaan Majapahit yang jaman dahulu memiliki pemerintahan yang sangat luarbiasa bisa ditakhlukan dengan diturunkan pasir yang sangatlah dahsyat. Oleh sebab itu gunung kelud merupakan gunung kecil yang dapat memberikan sebagian besar pengaruh kepada jagad atau nusantara.

Legenda menyebutkan bahwa kerjaan Kediri yang dibagi atas dua bagian yaitu Dhoho dan Jenggolo merupakan kerajaan yang sangatlah disegani dan tidak seorangpun yang dapat mengungkap misteri yang terjadi setelah Raja Sriaji Joyoboyo "Muksa" atau mati tanpa adanya raga. Sebagian besar ramalan Sriaji Joyoboyo memang terjadi, dan kejadian tersebut terjadi sekarang ini.

Berkaitan dengan gunung kelud, putri Kediri Dewi Kilisuci pernah diperebutkan oleh sebagian besar pendekar dari seluruh nusantara untuk memperistri dan menikahinya. Namun hal tersebut merupakan suatu cara untuk menjaga Dewi agar kerajaan yang akan diperintahnya nanti menjadi kerajaan Kediri yang tidak ada bandingannya dengan kerajaan lain, namun juga tidak sombong.

Dewi Kilisuci telah di menangkan oleh Lembu Suro yang dibantu oleh Mahesa Suro yang datang dari Jember untuk mempersunting Dewi Kilisuci yang memiliki "praupan" atau wajah yang sangatlah cantik. Namun setelah memenangkan sayembara yang dilakukan, sang Dewi ternyata tidak menerima keadaan yang terjadi, yaitu Lembu Suro merupakan jelmaan dari siluman atau kutukan yang berupa wajah Kerbau dan badan manusia. Akhirnya Dewi Kilisuci tidak menerimanya dan "blenjangi" atau mengingkari janji yang telah disepakati. Yaitu meminta membuatkan sumur yang dalamnya tidak dapat didengar suara dari atas.

Setelah Lembu Sura membuatkan sumur tersebut, maka ditimpalah batu besar yang membuat Lembu Sura tidak dapat kembali keatas. Sehingga kata - kata yang terus terjadi yaitu kutukan bagi warga Kediri dan sekitarnya bila suatu saat nanti ada orang yang mengingkari janjinya, dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya maka akan ditimpalah sebuah musibah besar.

Memang banyak yang tertimpa musibah setelah gunung kelud meletus, yaitu terjatuh, sesak nafas, sakit mata, dan rumah roboh. Diyakini bahwa hal tersebut merupakan akhibat dari perbuatan manusia itu sendiri yang tidak dapat mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan, serta serakah dalam mengambil harta orang lain serta tidak bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut.

Terkadang orang tidak menyadari bahwa perbuatan itu merupakan karma terbesar yang dapat menimpa kapan saja. Gunung kelud meletus merupakan tanda dari karma seseorang, bila orang tersebut baik maka rumah dan dirinya tidak terkena musibah sangat besar. Namun bila musibah yang ditimbulkan besar seperti kesakitan diri, rumah roboh, kendaraan hancur dan sebagainya itu sebuah pertanda bahwa dalam kehidupan ini tidak boleh ada yang membanggakan harta benda yang dimiliki, semua milik Tuhan yang maha kuasa.

Ghaib yang memiliki kekuatan besar akan mengatakan kepada seseorang yang tertimpa pasir yang telah dikumpulkan namun tidak puas akan pasir yang dimilikinya. Ghaib tersebut akan mengatakan hal yang sama, yaitu "Bila masih kurang, akan saya kirim lagi". Yang memiliki maksud bila masih kurang pasir, nanti dikirim lagi dari gunung Kelud.

Hal ini menjadi sebuah ketakutan bagi sebagian masyarakat Kediri. Sehingga keserakahan akan pudar dan kesombongan akan menurun dan selalu meningkatkan ketakwaan kepada sang pencipta. Manusia yang serakah memang tidak akan mendapatkan manfaat, sehingga titah yang diberikan dari Tuhan kepada Ghaib gunung kelud merupakan suatu pertanda bahwa janganlah merasa besar, karena kebesaran yang tertinggi adalah milik Pencipta alam semesta...

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Kawan !!!

Peraturan :
- Berbahasa sopan
- Jangan Spam, Floot atau sebagainya.
- Mengarah Ke Topik
- Saran dan Kritik membangun

Rame - Rame

Copyright@2014-2016. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut